Wednesday, October 24, 2012

mati biru

ah, sayang.. terlalu banyak definisi kau telan
terlalu biar 'jangan' dan 'seharusnya' mengekang
tak perlu mengisi hal yang indah karena kosongnya
tak perlu pun berjuang kalau memang nyaman dengan tiduran
untuk apa pula keluar dari hal yang nyaman kalau akan kembali kepadanya
hanya mengulang-ulang dan terjamakkan lah dirimu
buang acuh kalau memang tak butuh
biarkan orang-orang mati dikubur bukit bertutup tanah rumput
kalau memang tak masalah, mari mati di selokan yang bermuara ke laut
yang berlomba menuju langit sudah berdesak bersesakan
kalau tak mau, tak perlu ikut dalam antrian
kalau tak masalah, lebih lega mati di selokan
menuju sungai, sungai, sungai dan laut
laut dan langit itu sama
biru..

Friday, October 12, 2012

Merepotkan

kalau kalian lari kepada saya, saya lari kepada siapa?
kalau kalian menginginkan saya, rebutan lah saya dengan kalian untuk seonggok saya.
kalau kalian bergantung pada saya, bersiap terjungkal lah karena saya berdiri di atas angin.
kalau kalian kecewa pada saya, tidak pernah saya meminta kalian berharap pada saya.
kalau kalian menilai saya dan tidak sesuai, tak perlu jadikan saya alasan dalam drama kalian.
kalau kalian mengganggu hidup saya, seperti hak kalian untuk masuk dalam hidup saya maka saya berhak membuang kalian seperti karya yang gagal.
kalau kalian bilang ini tidak adil, ketidak seimbangan lah yang membuat pergerakan.
kalau kalian ingin datang kepada saya, datanglah tanpa pengharapan dan kepercayaan kepada saya, karena saya bukan tuhan kalian.
 
Manusia membuat drama untuk melakukan kemauannya, lalu mencari manusia lainnya sebagai alasan.
Alasan itu pembenaran untuk melakukan kemauan tanpa terlalu dipersalahkan.
Seperti seorang sadomasokis yang menikmati penderitaan, beralasan latar belakang dan lingkungan padahal menderita itu kenikmatan yang diinginkan.
Oh, jiwa bebal manusia..
Melibatkan manusia sebagai alasan dalam drama sakit mental itu sungguh merepotkan!