sumpah, aku tak pernah meminta cinta
aku pun tak pernah ingin mengagungkannya
aku ingin lepas dari kutukan itu
cinta
sumpah, bagiku cinta adalah derita
karena kutuk itu menyakiti semua yang ada padaku
sekitarku
kamu
cinta
demi keseimbangan, harus selalu ada yang mengutuk cinta
dan dengan keras, aku adalah salah satunya
Monday, March 26, 2012
Thursday, March 15, 2012
nada
seringkali teringat suara itu
nyanyian
yang manja juga keras
yang tajam juga hangat
seperti batu juga selimut
hujan bernyanyi
seringkali
yang baginya mungkin hanya sesekali
nyanyian
yang manja juga keras
yang tajam juga hangat
seperti batu juga selimut
hujan bernyanyi
seringkali
yang baginya mungkin hanya sesekali
rindu..
Wednesday, March 14, 2012
Dendam
Pembalasan dendam tidak mampu mengadilkan, menyeimbangkan, bahkan
menyamakan. Akan ada kelebihan di pihak pembalas, kemudian sang terbalas
merasa tidak puas. Maka, bertransformasilah sang terbalas menjadi
pembalas. Pembalasan dendam dilakukan, tidak menemukan penyamaan,
pengadilan, dan penyeimbangan. Ada hal yang lebih, dilakukan sang
pembalas. Sang terbalas pun menjadi pembalas lagi.
Berjuta-juta
rencana terlintas untuk membalas dendam. Sadar dengan tidak disadari,
rencana telah tersusun rapi. Menunggu waktu yang paling tepat untuk
meledakannya. Semua serapah adalah rencana yang telah terpatri dengan
tidak disadari. Alur yang telah dibuat dan siap untuk dijalankan.
Tinggal menunggu waktu yang paling tepat untuk berjalan seperti rencana.
Sungguh,
tidak ada niatan untuk membalas dendam. Hanya kecewa dan merasa tidak
adil. Tidak terima akan hal ini. Tidak layak diperlakukan seperti ini.
Mampu untuk melakukan hal yang sama. Rasa dan logika. Saling menipu,
saling menutupi, saling mematikan, juga saling mendukung untuk membuat
satu alur. Pembalasan dendam. Sadar tidak sadar, tidak ada yang namanya
tidak sadar dan sadar, semuanya sama. Tidak ada siap tidak ada tidak
siap, semuanya mengalir seperti begitu adanya.
Tiada
tidak ada, dan tiada ada. Semuanya terbentuk begitu saja, juga tidak
begitu saja. Ketuhanan dalam diri manusia adalah kesetanan kemanusiaan.
Setiap zahra dari rasa dan logika adalah pembalasan dendam kepada dunia,
kepada manusia, kepada setan juga tuhan. Eksistensi yang dikejar demi
kemanusiaan. Pengakuan dan pembuktian diri. Perlawanan dan penghancuran
diri, untuk menghancurkan dunia dan semua manusia yang ada di dalamnya.
Saat aku membunuh diriku, aku membunuh semua manusia, seluruh dunia,
mematikan setan dan memusnahkan tuhan.
Keterlaluan
menghilangkan kedasaran. Seperti kesadaran yang muncul setelah melakukan
sesuatu akibat ketidak sadaran. Paradoksial, paradoks sial! Terlalu
tuhan menjadi setan, terlalu setan menjadi tuhan, terlalu sayang menjadi
benci, terlalu benci menjadi cinta. Terlalu manusia menjadi binatang.
Pikiran
adalah monyet yang mengamuk dan ketidak sadaran adalah kuda berahi yang
mengamuk. Pembalasan dendam adalah jalan yang terbentuk dari pernikahan
amukan monyet dan kuda, melahirkan babi. Sungguh kebabian manusia.
Kebabian manusia membutuhkan kenabian. Sang penyelamat, sang nabi,
manusia terkutuk yang digantungi harapan manusia-manusia babi.
Penyangkalan
muncul setelah pembalasan dendam terjalani. Penyesalan membawa kembali
kesadaran akan ketidak sadaran yang terjadi. Tak mampu kembali, membuat
keras diri. Penyangkalan lahir dari kemauan untuk menjadi mandiri dan
sendiri. Perasaan mampu untuk menghadapi dan menaklukannya sendiri.
Menanggung semuanya sendiri dan kemudiaan kesadaran ini melahirkan
ketidak sadaran. Kebiasaan melahirkan otomatisasi, ketidak sadaran.
Logika
dan rasa kembali berperan dan berperang. Terulang kembali, saling
menipu, saling menutupi, saling mematikan, juga saling mendukung untuk
membuat satu alur. Pembalasan dendam. Sadar tidak sadar, tidak ada yang
namanya tidak sadar dan sadar, semuanya sama. Tidak ada siap tidak ada
tidak siap, semuanya mengalir seperti begitu adanya.
akutidakmenulistapimengamuk 14032012/11:30wib
Subscribe to:
Posts (Atom)