Saturday, January 14, 2017

Sistem Dua Ruang

Pada mulanya hanya ada dua ruang, di sini atau di sana. Kalau di sana, ya silakan ya sudahlah. Kalau di sini, mari bertanya tentang kemampuan. Karena kemauan itu tidak ada, yang ada hanyalah kemampuan. Setidaknya kemampuan pertama adalah untuk mau masuk ke dalam ruang ini. Tanpa kemampuan untuk mau masuk ke ruang ini, berarti ke ruang sana. Kalau di sana, ya silakan ya sudah. Kalau di sini, mari menjawab pertanyaan kemampuan tadi.

Hal pertama yang disediakan adalah ruang, bukan orang. Karena orang hanya pemeran, sedangkan yang penting adalah peran bukan pemerannya. Tapi, tidak ada peran kalau tidak ada ruang. Segala sesuatu memiliki periodenya, bahkan rasa bisa kadaluarsa. Ruang terbentuk oleh rangkaian pemenuhan dalam suatu periode tertentu. Ruang ini adalah alur yang membutuhkan peran begini. Mampu berperan begini kah? Kalau mampu berarti di ruang sini, kalau tidak mampu berarti di ruang sana.

Ruang sudah ada, rangkaian pemenuhan sudah jelas, pertanyaan masih belum dijawab. Mampu kah untuk mengisi peran dalam ruang ini? Perannya adalah memenuhi masing-masing rangkaian pemenuhan dalam periode tertentu. Karena di ruang sini alurnya begini, karena alur begini butuh peran begini. Oh ya, yang dimaksud kemampuan adalah kemampuan untuk mengisi pemenuhan dengan orientasi memenuhinya. Terlepas dari terpenuhi atau tidak nantinya, karena nanti itu tidak ada, sekarang jawablah pertanyaannya, “Mampu kah untuk berperan memenuhinya?”

Kalau mampu untuk berperan memenuhinya mari di ruang sini. Di ruang sini pun ada dua ruang lagi, juga masih berdasarkan kemampuan. Oh ya, sebelum terjadi salah paham lebih lanjut mengenai kemampuan, baiklah untuk memberi gambaran pendekatan. Sering sekali terbaca atau terdengar kutipan bahwa hidup adalah pilihan. Mulai melakukan pendekatan dari hal ini, pemilihan itu bukan tentang kemampuan melainkan ketidak mampuan.

Diantara banyak pilihan, adalah tipu-tipu diri kalau mengatakan bahwa pemilihan dilakukan berdasarkan kemauan. Rasanya lebih tepat kalau pemilihan dilakukan berdasarkan ketidak mauan. Dari daftar prioritas ketidak mauan ada yang menempati urutan paling rendah. Karena keterjebakan hidup adalah tidak bisa tidak memilih, maka ketidak mauan yang paling rendah dan masih mampu ditoleransi itulah yang menjadi pilihan.

Darimana hadir kemauan dan ketidak mauan itu kalau bukan dari kemampuan. Bahkan dari mula-mula kemauan itu tidak ada, yang ada hanyalah kemampuan. Kemampuan untuk memunculkan mau. Darimana hadir kemauan kalau tidak ada kemampuan untuk menjadi mau. Kemauan ini pun hadir dari rangkaian kemampuan yang dimiliki, kalau tidak sesuai dengan kemampuan tidak akan ada kemauan. Contohnya, karena ada kemampuan berdiri berjalan dan berlari ada kemauan untuk mengikuti tren lari jarak jauh baik dalam bentuk komunitas atau kompetisi.

Contoh lainnya, bahkan kalau tidak memiliki kemampuan berdiri berjalan dan berlari tapi muncul kemauan untuk mengikuti lomba lari marathon pun hadir dari suatu kemampuan. Kemampuan imajinasi konsep marathon dan kemampuan untuk merekonstruksi konsep tersebut ke tataran riil. Muncul lah lomba marathon untuk penyandang cacat kaki dengan segala penyesuaiannya. Ini bukan kemauan, ini adalah kemampuan. Maka, pilihan bukan lah mengenai memilih hal satu hal yang dimau melainkan membuang hal-hal yang tidak dimau dan menyisakan satu.

Melanjutkan; setelah memilih ruang sini dan masuk ke dalamnya, ada dua ruang peran lagi yang juga masih berdasarkan kemampuan. Ruang peran yang satu adalah ruang aksi (action) dan ruang peran yang satu lagi adalah ruang gerak (motion). Aksi adalah membuat pergerakan dan bergerak. Gerak adalah tindakan mencapai sasaran; bergerak untuk memenuhi suatu pergerakan. Pergerakan adalah bentuk yang diharapkan tercapai akibat dari rangkaian gerak yang telah mencapai sasaran. Dengan pendekatan lain, aksi merupakan tindakan membuat bentuk tersebut dan menentukan gerak apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan. Gerak, melakukannya.

Gerak ditentukan oleh aksi. Aksi tidak ditentukan oleh gerak, tapi kalaupun memaksa ada kaitannya: aksi bisa terinspirasi dari gerak. Bukankah setiap makhluk yang hidup bergerak tapi tidak semua makhluk yang hidup beraksi. Bahkan gerak menentang suatu aksi pun telah tertentukan oleh aksi, bukankah aksi adalah tindakan menentukan gerak yang perlu dan tidak perlu. Masukan saja gerak menentang tadi ke ruang gerak yang tidak perlu. Apapun penjelasannya, bukankah gerak menentang yang telah masuk dalam kategori gerak tidak perlu telah menjadi suatu hal yang tertentu.

Gerak-gerak yang ada dan banyak diidentifikasi, diseleksi, dirangkaikan dalam suatu determinasi, jadilah aksi. Gerak-gerak yang tidak masuk dalam rangkaian ya biarkan saja apa adanya. Kalau dimasukan dalam suatu konteks tertentu, bisa jadi betul kalau aksi membutuhkan gerak sedangkan gerak tidak membutuhkan aksi. Tapi, kemanusiaan membutuhkan aksi. Itulah yang membedakannya dengan monyet, yang dengan gerak saja sudah bisa bertahan hidup. Kemanusiaan yang dimaksudkan di sini adalah menjadi manusia (being human) bukan sekadar ada sebagai manusia (human being). Tanpa menjadi, beda manusia dengan monyet hanya di kemampuan berbicara saja.

Baiklah, telah masuk ke dalam ruang sini. Selanjutnya di dalam ruang sini mampu masuk ruang yang mana, ruang aksi atau ruang gerak? Oya, sebelum ada kesalah pahaman tentang kemampuan lagi. Kemampuan yang menjadi kemampuan adalah kemampuan yang ada dan tampil. Yang ada ya ada, yang tidak ada ya tidak ada. Bahkan kalau kemampuan itu memang ada tapi tidak tampil, itu ketidak mampuan. Karena ketidak mampuannya untuk menampilkan kemampuan; berarti tidak mampu. Lanjut, maka dasar dari pemilihan ruang ini pun berdasarkan kemampuan.

Kebutuhan apa yang diperlukan dari dua ruang tersebut terakhir adalah langkah pertama seperti yang telah disebutkan di awal; hal pertama yang disediakan adalah ruang. Rangkaian pemenuhan apa dalam periode berapa lama yang perlu diisi oleh suatu peran: tampilkan! Analisis kemampuan pun dilaksanakan dengan membuat daftar kemampuan berperan, dari yang paling tidak mampu sampai yang sisa tidak mampu. Sisanya selaras dengan yang mana nih, aksi atau gerak?

Aksi dimulai dari pe-ngumpul-an informasi, pe-milah-an data, peng-analisis-an data, peng-identifikasi-an kecenderungan, pen-determinasi-an bentuk, pe-nentu-an pencapaian, pe-nentu-an pertimbangan, pe-nentu-an keputusan, pe-nyusun-an kerangka kerja logis, dan sebagainya sampai kepada pe-laksana-an gerak. Gerak dimulai dari me-ngumpul-kan informasi, me-milah data, meng-analisis data, meng-identifikasi kecenderungan, men-determinasi bentuk, meng-usaha-kan pencapaian, me-megang pertimbangan, me-laksana-kan keputusan, meng-acu pada kerangka kerja logis, dan intinya melaksanakan gerak yang telah ditentukan.

Bedanya aksi dan gerak, selain pada penggunaan imbuhan pe-(kk)-an yang membuat kata kerja (kk) menjadi kata benda (kb) dengan me-(kk) yang menegaskan kata kerja, adalah pada bentuk tipis bernama strategi. Strategi pun hanya serupa tabel bentuk yang diinginkan dan batas waktu pencapaian bentuk bersama dengan alternatif yang diperhitungkan untuk hadir. Bentuk pun hanya rangkaian dari relevansi dan dampak. Keduanya ini pun bagian dari suatu refleksi yang masuk dalam kategori evaluasi, untuk kemudian menjadi acuan melakukan aksi (lagi).

Contoh kasus parsial. Dalam pengumpulan informasi, ketidak mampuan apa yang dimiliki? Orang 1 menjawab ketidak mampuan menentukan sasaran yang paling tepat karena melihat beragamnya kondisi dalam suatu situasi, faktor pengaruh dan keterkaitannya, dan perlunya pembatasan dalam menentukan materi pertimbangan. Orang 2 menjawab ketidak mampuan menentukan karena tidak tahu apa yang perlu dilihat sebagai dasar penentuan.

Demikianlah terlihat bahwa ruang bagi orang 1 adalah ruang aksi, untuk melakukan pemilahan faktor terkait yang sudah diidentifikasinya, menemukan faktor pertimbangan yang terkait, dan menghadirkan kemungkinan pilihan gerak, dan menentukan kesepakatan. Bagi orang 2 adalah ruang gerak, kalau tidak mampu menentukan masih bisa melaksanakan ketentuan kan. Kalau tidak bisa melaksanakan, dari paragraf awalan tadi sudah tidak ada di ruang ini.

Demikianlah alur mulai berjalan dan peran sudah terisi, dengan tantangan besar yaitu lupa pada adanya ruang. Alur yang berjalan dan peran yang terisi tentu saja dalam suatu ruang. Mengingat bahwa manusia tidak mampu melakukan banyak hal sekaligus apalagi yang berbeda ruang. Satu manusia satu ruang satu karya. Maka, menjamin keberadaan ruang dalam periode tertentu adalah mutlak perlu. Aduh, berbicara tentang jaminan jadi muncul lagi dua ruang, berdasarkan kemampuan untuk menjamin keberlangsungan: ruang terjamin atau ruang tidak terjamin.