Wednesday, March 14, 2012

Dendam

Pembalasan dendam tidak mampu mengadilkan, menyeimbangkan, bahkan menyamakan. Akan ada kelebihan di pihak pembalas, kemudian sang terbalas merasa tidak puas. Maka, bertransformasilah sang terbalas menjadi pembalas. Pembalasan dendam dilakukan, tidak menemukan penyamaan, pengadilan, dan penyeimbangan. Ada hal yang lebih, dilakukan sang pembalas. Sang terbalas pun menjadi pembalas lagi.

Berjuta-juta rencana terlintas untuk membalas dendam. Sadar dengan tidak disadari, rencana telah tersusun rapi. Menunggu waktu yang paling tepat untuk meledakannya. Semua serapah adalah rencana yang telah terpatri dengan tidak disadari. Alur yang telah dibuat dan siap untuk dijalankan. Tinggal menunggu waktu yang paling tepat untuk berjalan seperti rencana.

Sungguh, tidak ada niatan untuk membalas dendam. Hanya kecewa dan merasa tidak adil. Tidak terima akan hal ini. Tidak layak diperlakukan seperti ini. Mampu untuk melakukan hal yang sama. Rasa dan logika. Saling menipu, saling menutupi, saling mematikan, juga saling mendukung untuk membuat satu alur. Pembalasan dendam. Sadar tidak sadar, tidak ada yang namanya tidak sadar dan sadar, semuanya sama. Tidak ada siap tidak ada tidak siap, semuanya mengalir seperti begitu adanya.

Tiada tidak ada, dan tiada ada. Semuanya terbentuk begitu saja, juga tidak begitu saja. Ketuhanan dalam diri manusia adalah kesetanan kemanusiaan. Setiap zahra dari rasa dan logika adalah pembalasan dendam kepada dunia, kepada manusia, kepada setan juga tuhan. Eksistensi yang dikejar demi kemanusiaan. Pengakuan dan pembuktian diri. Perlawanan dan penghancuran diri, untuk menghancurkan dunia dan semua manusia yang ada di dalamnya. Saat aku membunuh diriku, aku membunuh semua manusia, seluruh dunia, mematikan setan dan memusnahkan tuhan.

Keterlaluan menghilangkan kedasaran. Seperti kesadaran yang muncul setelah melakukan sesuatu akibat ketidak sadaran. Paradoksial, paradoks sial! Terlalu tuhan menjadi setan, terlalu setan menjadi tuhan, terlalu sayang menjadi benci, terlalu benci menjadi cinta. Terlalu manusia menjadi binatang.

Pikiran adalah monyet yang mengamuk dan ketidak sadaran adalah kuda berahi yang mengamuk. Pembalasan dendam adalah jalan yang terbentuk dari pernikahan amukan monyet dan kuda, melahirkan babi. Sungguh kebabian manusia. Kebabian manusia membutuhkan kenabian. Sang penyelamat, sang nabi, manusia terkutuk yang digantungi harapan manusia-manusia babi.

Penyangkalan muncul setelah pembalasan dendam terjalani. Penyesalan membawa kembali kesadaran akan ketidak sadaran yang terjadi. Tak mampu kembali, membuat keras diri. Penyangkalan lahir dari kemauan untuk menjadi mandiri dan sendiri. Perasaan mampu untuk menghadapi dan menaklukannya sendiri. Menanggung semuanya sendiri dan kemudiaan kesadaran ini melahirkan ketidak sadaran. Kebiasaan melahirkan otomatisasi, ketidak sadaran.

Logika dan rasa kembali berperan dan berperang. Terulang kembali, saling menipu, saling menutupi, saling mematikan, juga saling mendukung untuk membuat satu alur. Pembalasan dendam. Sadar tidak sadar, tidak ada yang namanya tidak sadar dan sadar, semuanya sama. Tidak ada siap tidak ada tidak siap, semuanya mengalir seperti begitu adanya.


akutidakmenulistapimengamuk 14032012/11:30wib

No comments:

Post a Comment