Monday, February 11, 2013

minum yang semakin haus

Semakin minum semakin haus.

Seperti itulah rasanya saat membaca buku,
mendengarkan pengalaman dengan kritis,
beradu pendapat yang bukan mencari titik temu, hanya berpendapat dan mendengarkan pendapat,
mengalami kejadian yang menjadi beban pikiran.

Lalu menggunakan kata, 'bagaimana jika....' pada akhirnya

Semakin banyak mengetahui, semakin sedikit mengerti

Semakin banyak mengerti, semakin jauh dari memahami

Bagaimana ini?! Semakin minum semakin haus

Galileo pernah berkata, "Belajarlah untuk melihat, karena segala hal adalah berhubungan."
Memang pada dasarnya semua hal adalah satu, dan pada permukaannya banyak.
Lantas untuk mencari satu inti dari semua hal itu, perlukah untuk mengalami banyak hal di permukaan?
Sedangkan manusia adalah waktu, roh yang berada dalam periode jiwa dan raga.

Pola.

Itu saja?

Pola. Kalau memang semuanya adalah berhubungan, maka ada pola.
Darimana membongkar pola, dari mengalami kebanyakan itulah katanya.
Makin banyak hal dijiwai, makin terlihatlah pola yang sama.
Sama pada dasarnya, beragam pada permukaannya.

Tak heran lah, dengan mendalami satu hal mampu mengerti beragam kejadian.
Pun, dengan menjalani beragam pengalaman, mampu mengerti satu inti yang adalah makna sejati.

Bukan mengumpulkan koleksi ilmu, bukan pula sekadar mengerti maksudnya.
Menilai dan mengerti seakan memenuhi pikiran, raga yang berperiode dan berkapasitas.
Memahaminya adalah satu langkah, agar memori menjadi jiwa. Jiwa yang berperiode dan tak terbatas kapasitas.

Kemudian, kembali pada mengalami. Maka, untuk menunaikan dahaga perlu menjalani minum yang semakin haus.
Hanya untuk tau, minuman mana yang menyudahi rasa haus dan mana yang semakin membuat haus.

No comments:

Post a Comment