Saturday, February 6, 2016

Baik, kau bagaimana?

Apa kabar? Kental dengan ekspektasi jawaban “baik” dan balas tanya.

Baik, kau bagaimana? Kental dengan ekspektasi jawaban “baik” dan frasa bernada motivasi.

Baik juga. Mulai merasa sia-sia.

Baiklah, sukses ya. Menutup basa-basi demi menggenapi definisi etika.

Sama sama. Inilah yang dinamakan etika.

Menggenapi ekspektasi dengan keseharusnyaan. Percakapan buatan yang sudah dibentuk, tinggal dilaksanakan. Kebohongan yang ditampilkan. Karena keindahan dan kebahagiaan sudah didefinisi. Maka, terreduksi.

Bandingkan;

Apa kabar?
Buruk.
Ah, baiklah aku jadi tahu.
Kau berniat membantu?
Tidak mampu untuk saat ini, selain bertanya tadi.
Baiklah, terimakasih sudah bertanya. Ohya, kabarmu bagaimana?
Buruk juga.
Hahahah…
Hahaha…
Aku merasa lega.
Ya, dan bahagia.
Bukan karena kita sama-sama kesusahan, tapi karena kita sama-sama terbuka.
Itu melegakan memang. Lepas dari definisi baik atau buruk.
Mengakui apa adanya.
Oke, mari kita lanjutkan aktivitas kita.
Mari mari.

No comments:

Post a Comment