Wednesday, November 2, 2011

real cinderella steel man


Hal kecil yang kebetulan terlihat dari film-film tinju adalah tentang kemanusiaan. Kemanusiaan paling jelas terlihat dari pertarungan. Pertarungan dalam definisi apapun, selama yang bertarung adalah manusia. Karena saya kebetulan laki-laki yang katanya adalah makhluk visual, maka pertarungan dalam tontonan menjadi semacam sarana pembelajaran. Makanya saya suka "film tinju".

Dua 'film tinju' yang mengganjal di pikiran dan perasaan saya sampai sekarang adalah Cinderella Man (CM) dan Real Steel (RS). Dalam CM, saya melihat seorang laki-laki yang telah 'dewasa' dan 'matang', dimana hidupnya adalah kehidupan bagi orang lain. Pertarungan-pertarungan ia lakukan dalam memenuhi kemanusiaanya sebagai makhluk sosial.

Dalam RS, saya melihat laki-laki yang 'kurang dewasa', dimana hidupnya untuk dirinya sendiri. Pertarungan-pertarungan ia lakukan dalam memenuhi kemanusiaanya sebagai makhluk individu. Setelah menonton film ini, saya teringat slogan "Laki-laki tidak pernah dewasa dan wanita terlalu cepat dewasa."

Perempuan, selalu muncul dalam sejarah manapun. "Dibalik kebesaran seseorang ada perempuan yang mendukungnya, dan dibalik kejatuhannya pun ada perempuan". Satu hal yang relatif~mutlak selalu ada dalam film tinju* (yang pernah saya tonton dan tidak banyak) adalah perempuan, dengan kesetiaannya, mendewasakan laki-laki. Laki-laki dengan keegoisannya, memanusiakan perempuan. Dalam arti, membuat perempuan mengerti, bahwa kemanusiaan bukan suatu hal yang bisa dikendalikan dan diatur sesuai keinginan.

Satu persamaan lain antara CM dan RS, kehadiran seorang anak. Anak, seringkali menjadi jembatan antara laki-laki dan perempuan. Kedewasaan yang longgar seorang lelaki dan kedewasaan yang ketat seorang perempuan ditempatkan sesuai porsinya dengan kehadiran seorang anak. Namun, dibalik itu perlu diingat latar belakang kondisi yang menjadi matriks hubungan laki-anak-perempuan. Misalnya dalam dua film di atas, matriksnya adalah tinju (hobi/pekerjaan) dan ekonomi.

Berlanjut kepada dasar, dasar dari sebuah film tinju umumnya adalah cinta dan keluarga. Keduanya dalam arti universal, bukan cinta dan keluarga dalam arti sempit seperti sinetron kejar tayang yang marak di stasiun lokal. Kekuatan dari film tinju adalah dalam kepalan seorang petinju, baik laki-laki maupun perempuan, ada cinta dan keluarga.

Drama yang kuat, aksi yang keras, pesan yang dalam, pengertian yang beragam-bergantung orang. Keluasan dan kedalaman itulah yang membuat saya menyukai film tinju. Sama seperti saya menyukai kopi dan beer. Imajinasi seakan dipertemukan dengan kenyataan, idealisme dengan realitas dan pemahaman pun hadir.

Seandainya film ini dirangkai berdasarkan perjalanan kedewasaan seorang petinju, laki-laki terutama, mungkin RS adalah masa ababil sang petinju dan CM adalah masa dewasa sang petinju. Masa puber kedua petinju mungkin ada di film lain, mungkin million dollar baby, mungkin against the ropes. Yang pasti lebih lengkap, pentalogy (bener ga nih istilahnya-ngasal.co.id) film "Rocky" sudah sangat mewakili perjalanan kemanusiaan seorang manusia.

*dimana petinjunya adalah laki-laki


No comments:

Post a Comment