Thursday, February 6, 2014

Sekadar Seimbang

Saat ketiadaan keinginan adalah suatu keinginan, rasanya keterjebakan itu benar-benar nyata dan utama. Melepaskan diri dari segala sesuatu dimulai dari melepaskan keinginan. Lalu, kondisi ini menjadi suatu keinginan untuk digenapi. Keinginan menjadi dominan dan segala sesuatu mengenai pelepasan adalah tentang mendapatkan. Mendapatkan pelepasan, memenuhi keinginan untuk tidak memiliki keinginan.

Dimana dirimu sekarang; di sini saja. Tidak kah ingin dirimu mendapatkan suatu akar yang kuat untuk kemudian berbuah dan bermanfaat bagi semua; ah.. semua berkembang dan berbuah yang sama lalu jiwaku hanya merasakan hampa. Memberikan itu menjadikan diri ini hampa kan; iya benar katamu itu menghampakan diri seperti benar lah untuk menghampakan diri perlu memenuhi jiwa karena apa yang akan diberikan kalau tiada yang dimiliki.

Berikanlah ketiadaan kalau memang tiada saja yang dimiliki; seperti yang tadi kubilang bahwa tidak ada yang dimiliki bahkan ketiadaan pun tak kumiliki. Hentikanlah sirkulasi pemikiran di otakmu itu karena hanya membuatmu diam dan membatu lalu mati percuma; seandainya bisa diriku ini sudah tenggelam dalam keterjebakan sukarela yang membuat ketagihan ini. Mulai lah dengan langkah kecil untuk mendapatkan hal besar jadilah jamak seperti kami maka akan lebih indah dengan adanya kita; jiwa ini memberontak dan sakit karena merasa hampa seandainya diri hanya terombang-ambing memenuhi kebutuhan yang tak lain adalah keinginan produk dari penanaman pikiran yang mengendap menjadikan ketagihan dimana jiwa keracunan dan akhirnya meracuni demi kesamaan.

Ah.. benar susah lah berbicara dengan seorang yang idealis tidak mau realistis dan menghadapi kenyataan bahwa apa yang kita butuhkan bisa kita dapatkan dengan perjuangan dan persaingan pun wajar adanya seperti kewajaran akan kelas-kelas kemanusiaan karena jangankan manusia binatang pun memiliki kasta lalu dengan menjalani semua dengan fokus dan terarah kita semua akan bisa berhasil dan menjadi manusia yang unggul; oh.. katamu diriku idealis tapi dari perkataanmu rasanya engkau lah yang idealis dengan idealisme manusia unggul dalam parameter kemanusiaan terukur yang kau imani saat ini entah apa aku tak tau lalu dirimu menunjuk aku yang tidak memiliki ide apapun sebagai idealis rasanya seperti pemutar balikan pemikiran yang bukannya tadi kau minta hentikan aku melakukannya yang kau sebut sirkulasi pemikiran.

Lalu apa yang akan dirimu lakukan sekarang; entahlah mungkin menunggu jelas apa yang jiwaku akan lakukan sekarang. Maka kau akan terjebak dalam kediaman dan tidak akan berkembang; mungkin sama sepertimu yang terjebak dalam pergerakan dan perkembangan. Kita sangat berbeda dalam segala hal namun entah mengapa pembicaraan denganmu tidak membuat bosan dan jengah walau seringkali membuat marah; mungkin karena kita saling melengkapi dimana keterjebakanmu membutuhkan keterjebakanku seperti demikian sebaliknya.

Maksudnya?; dalam segala gerakan dan perkembangan dirimu ada jiwamu yang berteriak ingin mendapatkan diam dan berhenti seperti dalam diam dan berhenti diriku ada jiwa yang ingin bergerak dan berkembang maka kita bersama dalam suatu keseimbangan. Yah.. mungkin keberadaan tertinggi memang ketiadaan dan kebebasan terutama adalah keterjebakan sukarela ya; hanya roh kita yang tahu karena kita adalah satu roh yang mendapatkan jiwa berbeda lalu terikat dengan raga yang berupa-rupa oleh ikatan pikiran dan pemikiran. Lalu untuk apa kita di sini sekarang ini; mungkin… untuk sekadar memenuhi keseimbangan dari sesuatu atau malahan hanya satu hal yang entahlah.

Setelah ini apa; maksudnya?. Semua hal semua pembicaraan semua pengertian semua perasaan dan semua kata-kata dan bahasa yang kita lemparkan saat ini kelanjutannya apa; kelanjutannya adalah kesementaraan yang mengerti dan memahami saling menerima dan tertawa mengamini kalau semuanya adalah sekadar keseimbangan saja dan lalu lupa. Lalu lupa?; ya lalu lupa. Lupa lalu?; lalu lupa. Mengulang-ulang dan kembali kepada keterjebakan karena lupa maksudmu kah; iya semacam itu sepertinya yang aku hanya bisa mengerti dengan lalu lupa saja. Ah..; oh...

No comments:

Post a Comment