Sunday, November 15, 2015

Berbuah Tuntutan

Berbusa-busa mulut menjelaskan dari berbagai dimensi dan fenomena saat ini, ternyata tidak sampai di hati. Kalau perasaan itu ilusi pikiran, maka tidak kena di hati berarti tidak masuk di pikiran. Mungkin yang dilihat dan dipikirkan hanya itu-itu saja.

Bukan berarti itu-itu saja artinya dangkal, malahan bisa jadi sangat dalam. Terlalu dalam sampai malas untuk meluaskan pandangan, batal meluaskan pikiran, gagal melapangkan perasaan. Bukan berarti perasaan lapang itu sensitif dan empati berlebihan, malahan bisa jadi sangat datar.

Kalau demikian bagaimana bisa mengetahui mana yang dalam, dangkal, luas, atau sempit.
Untuk apa mengetahui itu?

Untuk berkomunikasi dan berkolaborasi lah, gimana <em>sih</em>.
Kalau untuk demikian, ya tidak perlu mengetahui itu.

Maksud?!
Komunikasi dan kolaborasi hadir dari mau. Yang dalam dangkal luas atau sempit. Kalau mau ya mau, kalau ga mau ya ga mau.

Tapi banyak yang bilang mau tapi ternyata gak mampu, itu yang jadi dasar perlu mengetahui itu.
Oh.. itu. Yaa.. Itu sih, tidak mau.

Tapi mereka bilang mau dan itu persoalannya.
Persoalannya mungkin pada ketidak mau tahuan tentang "mau" dan keseharusnyaan berbuah tuntutan.

Siapa?
Kamu.

No comments:

Post a Comment