Tuesday, December 24, 2019

Keseharusnyaan 4/16

Dua puluh empat desember dua ribu sembilan belas. Mimpi semalam tentang apa ya, lupa. Bangun pagi dengan plus satu energi, lumayan juga bertahan sampai selama ini di situasi nyaman karena biasanya bocor tidak tahan. Seperti biasa dengan keriuhan pagi yang tidak kunjung henti suara dari aktivitas cuci-cuci, dengan tambahan personil yang meramaikan tidak terlalu signifikan karena berisik sudah jadi kebiasaan. Bermalasan sekalian peregangan badan di kasur, membereskan leptop, mempersiapkan buku bacaan, bersiap untuk nongkrong di kedai kopi biasa dan kali ini dengan niat yang penuh. Mandi, berpakaian, meraih bawaan, menuju kendaraan, sedikit pelumasan dan pemanasan mesin, berangkat sudah. Jalan akses lewat kompleks perumahan istana grup ditutup, ada pekerjaan pemasangan saluran septic tank kolektif tampaknya. Balik arah lewat jalur gunung batu saja, yang tumben sekali hari ini sepi dan lancar jaya sampai lampu merah sukawarna. Pasteur pun lengang, naik jalan layang menyenangkan, turunan cikapayang yang tidak bisa tidak padat pun bisa dilewati tanpa kesusahan, mendarat di lokasi dengan pasti.
Seperti biasa, magic biakbiak dengan cemilan ontbijtkoek untuk tenaga melahap kisah dracula di terangnya pagi jam sembilan kurang. Kehadiran itu pengalihan dan kebersamaan itu ketagihan, dimakan sendiri oleh ketidak tahanan berbagi situasi kepada kakak di jakarta lewat foto kopi dan komentar tidak penting. Tapi dibutuhkan. Selewat satu babak, melihat beberapa kenalan lewat dan beberapa teman mendekat. Teman lama yang terlalu lama tidak terhubung, kaget dengan kedatangan namun tidak heran karena memang sedang mematikan nomor kontak yang biasanya digunakan. Katanya sudah mengabari tapi tiada respon, iyalah… dimatikan. Hehe… 
Berdua mereka dan salah satunya yang pernah bersimpan kisah sekilas namun ternyata cukup dalam pengaruhnya. Terlibat obrolan panjang yang semakin memanjang dengan kedatangan satu kawan senior yang meramaikan obrolan. Entahlah dengan materinya karena fokus pada kesadaran, cukup merasa puas dengan keluasan cakupan kesadaran hari ini dalam obrolan. Pengendalian yang pas, ah seandainya kesadaran ini bertahan seterusnya setiap obrolan kemudian. Hmmm… latihan. Lumayan, lebih enam jam pertemuan yang ternyata menyegarkan. Memang, penyangkalan akan kehadiran dan kebersamaan ditelan bulat-bulat hari ini. Untungnya tidak tersedak tapi malah lepas lega dan merasa bebas. Di sinilah muncul tantangan seperti biasa, overthinking yang menimbang-nimbang. Tapi jadi teringat kalau overthingking itu tidak ada, yang ada hanyalah kurang luasnya memandang dan berpikir. Karena kalau sudah luas, tidak akan berputar-putar dan berhenti melainkan membuat keputusan. Penemuan dari obrolan, bahwa pembatasan tidak melulu dari kebiasaan, pengetahuan, keyakinan, melainkan terutama dari pengaruh orang-orang di lingkaran dalam.
Ada hal yang perlu dilanjutkan namun tidak sekarang, tidak sore ini, tidak malam ini, mungkin kemudian entahlah yang penting perlu meredakan euforia pelepasan terlebih dahulu. Perjalanan pulang pun lengang, hujan belum datang, sampai kandang numpang dengan cukup senang. Sampai menyadari kalau ternyata sore ini pun masih ramai karena semuanya tidak mengikuti perayaan malam natal, diluar dugaan bahwa situasi akan sepi. Baiklah maka memutuskan untuk segera mandi, mengambil makanan, dan duduk di kursi depan memandang tanaman yang terselimuti kegelapan. Kenangan duduk bersama di setahun lalu tidak terlalu mengganggu sekarang, mungkin karena energi pertemuan tadi yang cukup mendukung diri menghadapi ingatan dan harapan. Sederhana ternyata, sadari saja sifat alamiah diri dan mengendalikannya bukan dengan penguasaan melainkan dengan keluasan pandangan dan pemikiran untuk membuat keputusan. Keputusannya, membuka ruang untuk kembali menantang diri di area yang selama ini dihindari namun dikehendaki secara naluri. Masukan langkah pertama, mulai bersiap perhitungan, dan nikmati tantangannya dalam naungan kesepakatan dan kesadaran.
Terlintas lagi, bahwa semuanya adalah persoalan mengungkapkan. Kadang bisa memimpin kadang bisa mengikuti yang penting mengungkapkan dengan orientasi membuat kesepakatan, resiprokal itu memang menyenangkan kalau dilakukan dengan tujuan bersama. Tidak perlu besar, sesederhana kehadiran yang berbagi aroma dan berselaras napas saja. Setiap harinya, intensi khusus dan atensi penuh. Tidak kalah dengan makanan dan ajakan untuk makan. Atau cemilan dan ketagihan pendupaan pengusiran setan sisa makanan. Seratus dua puluh menit melepaskan pemikiran dan mengajak serta mengingatkan melepas pemikiran, dengan cara menenangkan. Tidak perlu metoda, niat saja cukup membuka langkah dan mengarahkan intensi dan atensi dengan selayaknya. Dengan demikian hal yang menenangkan hadir dengan sebegitunya saja sih. Ternyata memang persoalan komunikasi. Jadi selama ini tertahan di mana? Di satu tertahan membuat yang lain menahan dan yang mendapat respon penahanan jadilah kecanggungan yang membosankan. Perlu satu yang meledakkan dan tidak sekali dua kali tiga kali, tapi konsisten berkali-kali. Itulah fondasi ekspektasi dari relasi. Kalau interaksi, sesederhana kesepakatan mutualisme saja dan pertukaran manfaat sesuai kesepakatan. Jadi, interaksi atau relasi. Lagi-lagi perlu pengungkapan kan. Karena diam, tidak menghadirkan kejelasan malah kesesatan yang semakin dalam dan penundaan akan keruntuhan yang sudah niscaya. Aih, lama. Sekarang saja!

No comments:

Post a Comment