Friday, September 30, 2011

OmDo bin NATO

by Leo Amurist on Monday, September 6, 2010 at 1:04pm

Pada umumnya omdo bin nato dianggap kusta
Pemikiran seperti itu sih dari jaman baheula
Sekarang orang muda ada zamannya
Memanfaatkan sesuai konteks dan kebutuhan
Coba berpikir beda
Ikutin cara Bunda Theresa
Dari Kalkuta ke Indonesia
Dengan kontekstual tak kaku tak naif sedikit idealis
Saat kusta dianggap keluarga
Saat Omdo bin naTO dijadikan alternatif idea

Ada yang menasehati,
sok menilai dan menghakimi,
merasa kuasa dan pegang kendali,
tentu saja dari kacamata pribadi sendiri.

Hihi.. Maaf bung, anda bukan kami.

Bicara padahal gak ngerti, mencicit tanpa beri bukti.
Awas kalau gigit, kami habisi.
Parasit lapuk di tengah bibit, jadi penyakit.

Haaaa... Orang tua terjebak nostalgia,
atau lupa waktu terjebak romantisme semu.
Bisa jadi obsesi terpendam,
buat hidup jadi dalam bayangan.

Karena dasar ga puas pada kerjaan.
Ga mampu lawan keadaan,
ga berani terima kenyataan.


Kalau kata teman mungkin kedangkalan pemikiran,
lupa telah alami penuaan,
terjebak tindak penyamaan,
ga ngerti apa persamaan.

Mau jadi panutan,
belagak pimpinan,
memanfaatkan tanpa sadar jadi termanfaatkan.

Bukti nyata usia tak membawa kebijaksanaan.

Kasihan..

Hanya bicara tak hina,
karena semua berawal dari sabda dan kata.
Pada mulanya adalah kata
dan kata itu bersama-sama dengan dia
dan kata itu adalah dia.

Kalau aku bilang, biarkan dan perhatikan. Jadi pelajaran kan.

Bicaralah aku mendengarkan
walau kadang terabaikan
seringkali menjadi masukan
walau tak terlakukan
seringkali menjadi masukan
tinggal atur pemikiran
kontekstual buat penyesuaian
aplikasi sesuai keinginan
mencapai aku punya tujuan
kalau sama tujuan
mari bersama-sama dalam persamaan
tanpa perlu penyamaan

Garut-Bandung, enam september dua ribu sepuluh

No comments:

Post a Comment