Friday, September 30, 2011

Pertapa Kentut

Tuesday, August 30, 2011

Dalam sebuah gua.
Seorang guru pertapa tiba-tiba membuka matanya dan menatap seorang muridnya
"Keluarlah, biarkan aku sendiri" Katanya.
"Mengapa guru?" Murid menjawab.
"Keluar lah, aku ingin menenangkan diri dan menikmati saat ini."
"Katakan mengapa, guru. Aku ingin mengerti."
"Tidak semua hal bisa kita mengerti muridku."
"Ini hanya sekadar jawaban, guru. Aku ingin tau, walaupun tidak mengerti."
Hhh.. manusia, selalu ingin jawaban. Terlepas dari itu benar (sesuai) atau tidak, jawaban lah yang selalu menenangkan dan memuaskan manusia. Batin sang guru. Saat sesuai, ia merasa menang, saat tidak ia akan menyerang untuk menang. Manusia oh manusia.
"Guru..." Murid terus mendesak.
Akhirnya guru itu menjawab, "Aku ingin kentut, muridku. Biarkan aku sendiri. Aku tidak ingin kau mencium aroma kentutku dan mempertanyakannya kemudian membahasnya. Juga terutama tak ingin kau jatuh pingsan."
Murid akhirnya mengerti dan membiarkan gurunya sendiri.
Tidak berapa lama, murid merasa ada yang kurang. Selama ini dia selalu bersama dengan gurunya di dalam gua. Walaupun hanya diam bertapa, namun kehadiran sang guru melengkapinya. Kini, ia sendiri. Gurunya sedang ingin sendiri.
Mencoba untuk memahami, murid berjalan-jalan di sekitar taman.
Namun karena tidak tahan, ia berjalan mendekati mulut gua dan berkata, "Guru, bisa aku masuk?"
"Belum muridku, sabarlah."
1 menit kemudian
"Guru, sudah keluar kentutnya? Aku bisa masuk."
"Belum muridku."
1 menit kemudian (lagi)
Murid: sudah kah?
Guru: Belum, mengapa kau begitu penasaran?
Murid: Aku tidak terbiasa bertapa tanpamu guru.
Guru: Berikan aku waktu, biar aku tuntaskan ini dulu.
Murid: Baiklah.
1 menit kemudian (lagi)
Murid: Guru, sudahkah?
Guru: (hampir berhasil kentut namun karena kaget, batal)
Murid: Guru...? Apakah kau baik-baik saja?
Guru: Iya iya, tenanglah, pergilah berjalan-jalan sebentar.
1 menit kemudian (lagi)
Murid: Sudah kan guru, aku masuk ya..
Guru terkejut, gas yang dirasakan sudah di ujung akhirnya masuk kembali.
Kembali gagal kentut. Gas yang terakumulasi akhirnya memenuhi perutnya dan menekan jantungnya.
Seketika itu juga guru tersebut wafat.
Murid yang tidak mendapat jawaban akhirnya masuk, menemukan gurunya yang sudah terkapar.
Murid: Guruuuuuuuuu tidaaaaakk.. kau wafat karena kentut, mengapa ini tidak adil... tidaaaaaaak... seharusnya aku tetap di sini menemanimu kentut, sehingga kentut tidak merengut nyawamu. Guruuuu huhuhuhu....

No comments:

Post a Comment