Friday, September 30, 2011

Pose Sip

by Leo Amurist on Friday, May 7, 2010 at 5:34pm


Ego 7 Mei Duaribu Sepuluh

Ini tanah kami, ini air kami, kami di sini, aku dan mereka di sini, aku di sini. Ini tanah aku, ini air aku, mereka milik aku, semua ini milik aku. Hanya untuk aku. Karena rasa adalah segalanya, karena kondisi membuai hati, dan rasa lahir dari rahim hati keluar lewat selangkangan jiwa. Karena jiwa mudah terkait rasa. Keluarlah laku dengan ‘pose yang oke’, menuju ‘pose sip’.

Kenyamanan dalam kebersamaan, melupakan rasa membersamakan. Melahirkan tajam rasa menyamakan, dengan aku sebagai tuan. Jalanku jalanmu, ikuti karena kami itu mereka yang bagian dariku dan kita adalah kalian yang bagian dariku. Milik aku, milik kami, milik kita. Aku, kami, kita. Aku. Aku. Aku. Demi kita, demi kami, untuk aku, demi aku. Properti Aku. Milik Aku. Punya Aku. Untuk Aku.

Lama waktu buat membatu, jiwa terpaku hati mengaku. Tiada rela untuk berbagi karena ini milik aku. Bukan dari aku, tapi waktu yang membuatnya meng-aku. Ikuti langkahku karena ini tempatku menurut aku, waktuku menurut aku, dan aturanku menurut aku. Ikuti aku, jadilah milikku, tapi jangan jadi aku. Karena aku tuan untuk aku-aku yang lain, aku-aku dari kalian yang meng-aku.

Hantam jatuhkan, lindas ratakan, remuk redamkan, musnahkan. Orang-orang yang mengingatkan kalau sekarang bukan waktuku saja, tak semua isi dunia milikku, dan sisi-sisi dunia pribadi adalah toleransi. Orang-orang yang menyadarkan eksistensi ruang pribadi. Orang-orang yang mengakui toleransi. Mereka tak berharga, lemah tak berguna, karena tak mampu menjadi raja!

Lantas, ‘mereka’ dan ‘kalian’ yang meng-aku itu apa? Sampah-sampah kah? Makhluk tak berharga kah? Alat kah? Korban? Budak? Karena mereka tak mampu menjadi raja. Karena AKU rajanya!

Tak perlu kau mengerti aku karena aku tak mengerti aku pada dasarnya, aku hanya mengikuti ego dan tenggelam dalam karena terbang tinggi. Akhirnya aku kembali pada diri. Menjadi.

No comments:

Post a Comment